Hobi berkebun tak mesti lenyap hanya karena lahan terbatas.
Awalnya, bertanam tanaman buah di dalam pot hanyalah trik iseng yang dilakukan beberapa penangkar buah. Ini karena bibit tanamannya banyak yang tak laku terjual. Kejadian ini berlangsung di awal tahun 80-an, saat bisnis jual-beli bibit tanaman buah belum terlalu marak.
Untuk menghambat agar bibit tanaman yang tak laku tersebut tidak menjadi pohon, para penangkar nekat menanamnya di dalam pot. Perawatan yang diberikan tak jauh beda ketika bibit itu ditanam di tanah.
Hasilnya sungguh di luar dugaan. Tanaman buah yang dihambat pertumbuhannya itu tetap berbuah, bahkan lebih rajin. Hal inilah yang di kemudian hari menjadi daya tarik tabulampot.
Ada sejumlah keuntungan yang Anda dapatkan bila memelihara tabulampot di halaman. Pertama, tentu saja buah yang dihasilkannya. Kemudian, halaman rumah yang pas-pasan bisa tampil hijau dan cantik. Dan yang ketiga, tabulampot juga bisa berfungsi sebagai penyaring udara jika ditempakan secara soliter, sehingga debu tak terlalu banyak masuk ke dalam rumah. Ukuran tajuk tanaman dalam pot yang tergolong ”kompak” (umumnya tingginya hanya sekitar 1 sampai 2 meter) sangat pas menghalau debu yang beterbangan. Selain itu, tabulampot juga cukup luwes bila dipadukan dengan tanaman hias di taman atau halaman rumah.
Jenis Tanaman
Sebelum memutuskan menanam bibit tanaman buah dengan teknik pot, Anda perlu memahami asal-usul tanaman. Jangan sampai tanaman dataran tinggi seperti apel ditanam di Jakarta. Alih-alih berbuah, tanaman malahan akan merana kepanasan. Umumnya semua jenis tanaman buah hanya dapat berbunga dan berbuah dengan baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian sekitar 400 m dpl ( di bawah permukaan laut..???).
Beragam tanaman buah saat ini sudah banyak yang berhasil dibudidayakan dengan sistem pot. Ada yang mudah, ada pula yang sulit. Jenis alpukat, durian, gandaria, dan nangka besar adalah beberapa contoh tanaman buah yang sampai saat ini belum berhasil ditanam sebagai tanaman dalam pot. Sedang jambu bol, jambu mawar, manggis, duku, jamblang, lengkeng, nangka madu, dan rambutan termasuk contoh yang agak sulit dibudidayakan sebagai tanaman dalam pot.
Jika Anda pemula, disarankan untuk memilih tanaman seperti mangga, jambu biji, belimbing, jeruk, srikaya, dan kedondong yang mudah berbuah dan hidup dalam pot.
Bibit
Pemilihan bibit adalah faktor yang sangat menentukan dalam menanam tabulampot. Bibit yang baik tentu akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang prima—secara kualitas dan kuantitas. Sebaiknya bibit untuk tabulampot dibeli dari penangkar tanaman yang baik dan terpercaya.
Dalam dunia pertanian, dikenal dua metoda perbanyakan, yakni cara generatif dan vegetatif. Keunggulan perbanyakan generatif antara lain menghasilkan postur batang dan perakaran yang kuat. Sedangkan kelemahannya, membutuhkan waktu lama untuk berbunga dan berbuah (lebih dari 3 tahun). Selain itu kualitas buahnya seringkali berbeda dengan tanaman induk.
Sebaliknya, perbanyakan vegetatif akan menghasilkan tanaman yang sama dengan tanaman induk dan relatif lebih cepat berbuah, tetapi batang dan perakarannya kurang kokoh. Biasanya perbanyakan generatif dilakukan dengan biji. Sedangkan perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan setek, cangkok, okulasi, sambung, susuan, dan anakan.
Media Tanam
Urusan bibit selesai, kita beralih ke langkah berikut yakni menyiapkan media tanam dan pot. Media tanam untuk tabulampot banyak jenis dan variasinya. Media bisa dipergunakan secara murni atau campuran. Media yang digunakan sebaiknya memenuhi syarat minimal, yaitu mengandung 50% tanah, 20% pasir, dan 30% bahan organik. Syarat minimal tadi bisa diterjermahkan menjadi berbagai macam komposisi bahan dasar sebagai media tabulampot. Bahan dasar yang bisa dipakai untuk media tanam terdiri atas tanah, humus, pupuk kandang, sekam, serbuk gergaji, kompos, pupuk kimiawi, dan bahan lain seperti batu koral atau kerikil sebagai tambahan.
Untuk menentukan media yang cocok bagi tanaman buah, sebaiknya Anda mempelajari karakteristik tanaman tersebut. Pahami sifat tanaman tentang kebutuhan air, sistem perakaran, kecepatan tumbuh, dan bentuk atau struktur daun. Secara umum, struktur media harus gembur agar perakaran mudah tumbuh. Selain itu media juga harus mengandung unsur-unsur hara yang mudah diserap dan dibutuhkan oleh tanaman, serta cukup mudah mengikat dan melepaskan air.
Lebih baik lagi jika sebelum menggunakannya, Anda melakukan proses sterilisasi terhadap media. Misalnya dengan meng-oven-nya. Dengan proses ini, media relatif bebas hama dan penyakit, tetapi masih memiliki mikroorganisme yang membantu proses penguraian bahan organik dalam tanah. Media sebaiknya juga cukup ringan agar pot mudah dipindahkan bila perlu.
Contoh komposisi media adalah sebagai berikut:
Campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1)
Campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam (1:1:1)
Campuran humus, sekam, dan serbuk gergaji (1 : 1 : 1)
Campuran tanah dengan pupuk organik Super TW Plus (1:6)
Wadah
Pemilihan pot yang tepat menjadi modal awal bagi pertumbuhan tanaman yang baik. Pot untuk tanaman tak harus dibeli. Anda bisa berkreasi membuatnya dengan memanfaatkan kaleng biskuit bekas, sisa galon air mineral, ember tak terpakai, drum bekas senyawa kimia, dan lainnya. Yang perlu diingat adalah sebaiknya pot terbuat dari bahan yang cukup ringan dan tidak mudah pecah.
Perhitungkan juga estetika bentuk agar menambah keindahan tabulampot. Untuk menghindari kontaminasi zat, cucilah wadah sampai bersih terlebih dahulu. Sejauh ini, pilihan favorit dipegang oleh drum bekas, karena wadah ini mampu menampung seluruh sistem perakaran.
Dasar pot harus diberi lubang untuk jalan pembuangan air. Sebaiknya lubang ini berukuran kecil, tetapi disediakan dalam jumlah banyak. Agar pembuangan air berjalan lancar, pot sebaiknya diberi “kaki” atau penyangga. Misalnya pot bekas drum diberi penyangga dari batako atau conblock. Pot semen atau plastik biasanya sudah ada kakinya. Sedangkan pot dari kayu atau logam dianjurkan untuk lebih dulu dilapisi dengan residu atau flincote agar tak gampang lapuk atau berkarat.
Cara Menanam
Setelah menyiapkan pot dan media tanam, langkah selanjutnya adalah melakukan pengisian media ke dalam pot. Adapun tahap-tahap pengisian media adalah sebagai berikut:
Buatlah selapis pecahan bata merah di dasar pot yang berfungsi untuk menutup lubang pada dasar pot, agar media tidak ikut terbuang ketika disirami.
Hamparkan selapis humus atau ijuk di atas lapisan pecahan bata merah.
Isikan media tanam yang dipilih hingga mencapai setengah bagian pot.
Siapkan bibit yang biasanya ditanam dalam polybag.
Siram media dalam polybag yang berisi bibit dengan air hingga cukup basah. Kemudian, balikkan posisi polybag sambil menepuk-nepuk bagian dasarnya. Atau bisa juga Anda menggunting atau merobek langsung polybag, lantas mengeluarkan bibitnya.
Pangkaslah sebagian cabang, ranting, dan daun yang tidak berguna untuk mengurangi penguapan.
Letakkan bibit tepat di tengah-tengah pot secara tegak. Timbun dengan media sampai pot tersebut penuh, sambil memadatkan tanah di sekitar pangkal batang tanaman. Lakukan penyiraman hingga media cukup basah, lantas letakkan tabulampot itu di tempat teduh selama 4-6 minggu, hingga tampak segar dan tumbuh tunas-tunas baru.
Pemupukan
Untuk menambah kesuburan media dalam pot, jika perlu siramkan humus/pupuk cair (sebagai pengganti pupuk kandang) sebanyak 1,5-2 cc/liter air, atau larutan untuk memperbaiki struktur tanah (dapat dibeli di toko pertanian) sebanyak 3-5 cc/liter air pada saat penanaman.
Tunggu dulu! Tugas Anda tidak berhenti sampai di situ. Kendati penanaman sudah selesai, pemeliharaan masih perlu dilakukan, seperti pemupukan, pembentukan pohon, dan pengaturan pembuahan. Pemupukan harus dilakukan dengan dosis tertentu. Kelebihan dan kekurangan dosis tentu berdampak buruk bagi tanaman.
Jenis pupuk yang bisa dipilih memang beragam. Yang pasti, tanaman buah butuh unsur hara makro, seperti N, P, K, dan unsur hara mikro seperti Ca, Mg, dan S. Unsur hara mineral merupakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cermati pula waktu dan cara pemupukan. Anda dapat membaca petunjuk pemakaian pada bungkus pupuk, atau menanyakannya pada pemilik toko pertanian.
Jika Anda memberikan terlalu banyak pupuk, tanaman buah dapat kering atau terbakar.
Jurus terakhir agar tanaman Anda tumbuh sehat dan dapat berbuah adalah melakukan pengawasan terhadap hama dan penyakit tanaman. Faktor pengganggu ini jangan sampai mengacaukan mimpi Anda untuk memanen buah. Hama yang umum muncul adalah ulat, kutu/aphid, dan belalang. Anda bisa memilih insektisida yang tepat sesuai kebutuhan. Baca juga petunjuk pemakaian dengan cermat, agar tidak terjadi kesalahan aplikasi.
Pemangkasan
Pada tanaman buah juga dikenal teknik pemangkasan. Tujuannya untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan produksi. Pemangkasan juga mampu menjaga kelembaban tanaman sehingga tak mudah terserang hama dan penyakit. Hama dan penyakit umumnya akan muncul pada kondisi kelembaban tinggi.
Berdasar umur tanaman, pemangkasan terbagi menjadi tiga, yaitu pemangkasan pada pembibitan—pemangkasan tanaman yang belum menghasilkan—dan pemangkasan tanaman yang sudah menghasilkan. Sedang dilihat dari tujuannya, pemangkasan dibedakan menjadi empat, yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan, produksi, dan peremajaan.
Sumber : http://www.tabloidrumah.com/?p=1171
Tidak ada komentar:
Posting Komentar