Sebetulnya sangat beda, tapi berapa banyak orang yang sengaja merancukan antara dua kondisi ini, yakni stadium kepepet dan stadium darurat.
Kepepet itu misalnya, jatuh tempo angsuran. Dorurot itu diancam sama depkolektor mau dibunuh. Nah, diajaran agama kita, dalam kondisi dorurot bahkan daging babipun boleh dimakan asal dianggap menjadi satu-satunya jalan yang bisa berefek kuratif (menyembuhkan).
Kehati-hatian kita adalah dalam menentukan kita sebetulnya stadiumnya sudah dorurot apa baru kepepet. Kalau baru kepepet kok sudah makan daging babi, aduh jaaan sayang..... Jasa Setiabudi sampai membuat buku tersendiri tentang kekuatan dibalik kepepet yang judulnya The Power of Kepepet.
Pesan saya, saat merasa stress, buntu, merasa kondisi sudah dorurot, sharinglah kepada orang yang tepat, kalau bisa jangan hanya kepada satu orang, agar kita bisa menemukan angle (sudut pandang) yang tepat untuk mendefinisikan kondisi kita memang benar-benar dorurot atau baru kepepet tapi sudah mau makan babi?
Kepepet adalah tonggak kebangkitan diri kita, kecuali sudah benar-benar dorurot, janganlah terburu-buru makan babi. Kepepet bukan dalih untuk bisa kita sebut dorurot, kepepet adalah timing kita untuk meluncur...
http://rizky165.blogspot.com/2010_09_01_archive.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar