Selasa, 23 Agustus 2011

Syair Sufistik (Syiir tanpo Waton) oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)


Yarosulalloh salammun’alaik…
Yaarofi’asaaniwaddaaroji…

‘atfatayaji rotall ‘aalami…
Yauhailaljuu diwaalkaromi…


Ngawiti ingsun nglarasa syi’iran
Kelawan muji maring pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo petungan
(Kumulai menguntai syairan
Dengan memuji pada Tuhan
Yang merahmati dan memberi nikmat
Siang malam tanpa hitungan )


Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syare’at bloko
Gur pinter ndongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro
(Duhai kawan laki-perempuan
Jangan hanya mengaji syariat belaka
Hanya pandai berdongeng, tulis dan baca
Kelak di belakang bakal sengsara.)


Akeh kang apal Qur’an haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale
Akeh kang apal Qur’an haditse
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale
(Banyak yang hafal Al-Qur’an dan haditsnya
Malah suka mengafirkan yang lainnya
Kafirnya sendiri tidak dipedulikan
Jika masih kotor hati dan akalnya)


Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepaese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nistho
(Mudah ketipu nafsu angkara
Pada rias gebyar dunia
Iri dan dengki harta tetangga
Karena hatinya gelap dan nista)


Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhite
Baguse sangu mulyo matine
(Mari saudara, jangan lupakan
Kewajiban dengan semua aturannya
Demi menebalkan iman tauhidnya
Bajiknya bekal, hati nan mulia)


Kang aran soleh bagus atine
Kerono mapan seri ngelmune
Laku thoriqot lan ma’rifate
Ugo hakekot manjing rasane
(Disebut soleh karena bagus hatinya
Karena selaras dengan ilmunya
Menempuh thariqah dan ma’rifatnya
Juga hakikat merasuk jiwanya)


Alquran qodim wahyu minulyo
Tanpo ditulis biso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing jero dodo
(Al-Qur’an Qodim wahyu mulia
Tanpa ditulis bisa dibaca
Itulah nasehat dari guru waskita
Tancapkan di dalam dada)


Kumantil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu’jizat rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjing iman
(Merasuk hati dan pikiran
Merasuk badan hingga ke dalam
Mu’jizat Rosul jadi pedoman
Sebagai jalan masuknya iman)


Kelawan Alloh kang moho suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadohi
Dzikir lan suluk jo nganti lali
(Bersama Allah Yang Maha Suci
Harus pelukan siang dan malam
Dilakukan dengan tirakat riyadhoh
Dzikir dan suluk janganlah lupa )


Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas pasan
Kabeh tinakdir saking pengeran
(Hidupnya damai merasa aman
Sampai dirasa tandanya iman
Sabar dan menerima walau sederhana
Semua hanya takdir dari Pangeran)


Kang anglakoni sakabehane
Allah kang ngangkat drajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate
(Yang bisa menjalankan semuanya
Allahlah yang mengangkat derajatnya
Walau rendah kelihatan tampaknya
Namun mulia maqom derajatnya)


Lamun prasto ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Allah swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese
(Jika di akhir hayatnya
Tak tersesat ruh dan jiwanya
Dihantar Allah syurga tempatnya
Utuh mayatnya dan kafannya)

Aku Cinta Padamu Tuhan


Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal
Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar
Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi
Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah
Tuhan, aku cinta padamu

Sajak ini ditulis oleh WS. Rendra, 31 Juli 2009, di rumah sakit. Saya sungguh-sungguh tak bisa berkomentar untuk sajak ini, terlebih karena sajak ini beliau tuliskan di masa akhir hidup beliau
Meskipun terlambat saya ingin mengucapkan sekali lagi, selamat jalan Rendra…, orang besar, sastrawan besar,guru besar

Rabu, 17 Agustus 2011

Kata-kata Bung Tomo tuk Arek2 Suroboyo ketika agresi militer


Saoedara-saoedara ra'jat Soerabaja,
 Siaplah keadaan genting. Tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
 Baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
 Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.
 Dan oentoek kita, saoedara-saoedara lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
 Sembojan kita tetap: Merdeka atau Mati.
 Dan kita jakin, saoedara-saoedara,
 pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
 sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
 pertjajalah saoedara-saoedara,
 Toehan akan melindungi kita sekalian
 Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!

Selasa, 16 Agustus 2011

Pengajian Sambal

Ada seorang anak yang disuruh oleh seseorang untuk membelikan sesuatu di sebuah restaurant. Apa yang disuruh untuk dibeli? Seporsi bebek asap? Jus alpukat? Atau... bukan, bukan, tidak usah menebak-nebak.

Yang disuruh untuk dibeli oleh anak itu hanya sambalnya saja, sambal dari sebuah restaurant bebek mewah di kota itu. Dan anak itu hanya diberi bekal 1.000 rupiah saja.

Menghina bener ini yang menyuruh!!!

Ya, pertama mendengar cerita ini sebagaimana kebanyakan orang sayapun yang terlintas dipikiran adalah kata-kata itu. Kalau Anda juga, berarti kita sama, toss.... Tapi, betulkah ini sebuah penghinaan? Kita lanjutkan kisahnya dulu sebelum menyimpulkan.

Dengan tidak bertanya apalagi membantah anak itu pergi ke restaurant dimaksud, ia tidak menyodorkan uang 1.000 rupiah untuk membeli sambal. Apa yang ia lakukan?

Yang dia lakukan adalah ngobrol dengan pelayan restaurant itu, obrolan sudah mulai nikmat, tibalah pada point sambal : "Ngomong-ngomong sambal disini terkenal enak ya?"

"Gimana si cara bikinnya, saya pengen bikin sendiri dirumah", Daripada repot-repot menjelaskan cara membuat sambal, maka disodorkanlah sambal yang sudah jadi ke anak itu dengan sukahati.

Dan akhirnya anak itu bisa pulang membawa sambal, tanpa mempermalukan diri menyodorkan receh 1.000 rupiah untuk membeli.

***

Bukan menghina, hanya saja orang yang menyuruh itu percaya bahwa anak itu bisa kok, punya caranya kok. Sebuah penghargaan, malah.

Begitu pula, kata ustadz, masalah itu datangnya dari Allah SWT. Nah, bisa jadi Allah memberi masalah adalah karena menghargai kita, menghargai bahwa kita mampu.

"La yukallifullahu nafsan illa wus'aha".



Ini sekedar sekelumit pelajaran dari sekelumit sambal yang semoga menuju ke arah tauhid.

http://rizky165.blogspot.com/2011_02_01_archive.html

Senin, 15 Agustus 2011

Stadium Kepepet, Stadium Dorurot

Sebetulnya sangat beda, tapi berapa banyak orang yang sengaja merancukan antara dua kondisi ini, yakni stadium kepepet dan stadium darurat.

Kepepet itu misalnya, jatuh tempo angsuran. Dorurot itu diancam sama depkolektor mau dibunuh. Nah, diajaran agama kita, dalam kondisi dorurot bahkan daging babipun boleh dimakan asal dianggap menjadi satu-satunya jalan yang bisa berefek kuratif (menyembuhkan).

Kehati-hatian kita adalah dalam menentukan kita sebetulnya stadiumnya sudah dorurot apa baru kepepet. Kalau baru kepepet kok sudah makan daging babi, aduh jaaan sayang..... Jasa Setiabudi sampai membuat buku tersendiri tentang kekuatan dibalik kepepet yang judulnya The Power of Kepepet.

Pesan saya, saat merasa stress, buntu, merasa kondisi sudah dorurot, sharinglah kepada orang yang tepat, kalau bisa jangan hanya kepada satu orang, agar kita bisa menemukan angle (sudut pandang) yang tepat untuk mendefinisikan kondisi kita memang benar-benar dorurot atau baru kepepet tapi sudah mau makan babi?

Kepepet adalah tonggak kebangkitan diri kita, kecuali sudah benar-benar dorurot, janganlah terburu-buru makan babi. Kepepet bukan dalih untuk bisa kita sebut dorurot, kepepet adalah timing kita untuk meluncur...

http://rizky165.blogspot.com/2010_09_01_archive.html

4 Lilin

Ada 4 lilin yang menyala dan kelamaan habis meleleh..

suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka..

lilin pertama, berkata : Aku adalah Damai. Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”... Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.
lilin kedua, berkata : “ Aku adalah Iman.. Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku, Untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala". Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya..

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara : “Aku adalah Cinta". Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya". Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga...
Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata: “apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”
Lalu ia mengangis tersedu-sedu...

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata: “Jangan takut, Janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya: "Akulah HARAPAN
Lalu, dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya...
Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita....

...dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPANnya :)

[RENUNGAN] "SINAR" Sang Pahlawan Kecil [Inspirasi ST12]

Sinar namanya. Bocah berumur enam tahun tersebut juga menjadi sinar bagi sang bunda. Membantu memindahkan ibunya yang lumpuh menjadi keseharian Sinar. Penuh kasih sayang Sinar mengurus ibunya.

Sudah dua tahun Murni lumpuh karena terjatuh. Sejak itu pula hidupnya tergantung pada sang anak. Makan, minum, mandi, hingga buang air. Memasak nasi untuk sang ibu sudah pasti jadi tugas Sinar. Hanya nasi. Tidak ada lauk apa pun. Simpati tetangga dan kerabat terkadang menguatkan Sinar dan ibunya menghadapi hidup.

Bocah kelas satu sekolah dasar ini bahkan kerap terlambat ke sekolah karena harus mengurus ibunya. Sinar adalah bungsu dari enam bersaudara. Lima kakaknya yang juga belum dewasa tinggal terpisah. Mereka menjadi pembantu rumah tangga. Ini terpaksa dilakukan karena masalah ekonomi.



Sementara sang ayah sudah sekian tahun merantau ke Malaysia. "Tidak pernah kirim surat," kata Murni, baru-baru ini, mengenai suaminya yang merantau ke Malaysia. Hanya album foto-foto keluarga yang jadi pengobat rindu pada anak-anak dan sang suami.

Rumah Murni di Desa Riso, Kecamatan Tapango, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, pernah ramai saat pemilihan umum lalu. Poster dan foto-foto calon legislatif masih menempel di mana-mana. Pemilu usai, Sinar dan ibunya pun terlupakan. Tapi Sinar selalu ada di sini. Ia menerangi rumah ini

Natal dan tahun baru rupanya membawa berkah bagi keluarga Sinar, Hingga Jumat (25/12) bantuan dari para dermawan terus berdatangan ke rumah bocah yang berjuang seorang diri merawat ibunya yang lumpuh.

Tak hanya warga biasa, berbagai organisasi keagamaan, perkumpulan geng motor, ibu-ibu PKK, dan organisasi sosial lainnya, serta sejumlah pejabat bergantian menjenguk Sinar dan Murni, ibunya yang tak berdaya di tempat pembaringan. Umumnya warga yang menjenguk sejak kemarin memberi bingkisan berupa uang, beras, susu, pakaian, dan peralatan dapur.

Kapolres, Ketua DPRD, dan Bupati Polewali Mandar ikut menjenguk Sinar dan ibunya. Rombongan para pejabat ini tak hanya memberikan bingkisan berupa beras, makanan, dan peralatan sekolah tapi juga mengirim tim dokter untuk memeriksakan kesehatan Murni yang saat ini menderita lumpuh akibat terjatuh dari lantai rumahnya.

Sinar... terima kasih kepadamu yang dalam lugumu telah mengajarkan indahnya berkorban untuk orang-orang tercinta. Terima kasih yang dalam kepolosanmu telah menunjukkan dahsyatnya kekuatan dari cinta yang tulus dan murni. Sinar... semoga Allah memberikan kebahagiaan yang besar kepadamu. Amin.[/FONT]


Quote:

Perjuangan Sinar ternyata menggungah hati banyak pihak, termasuk grup band ST 12. Tidak hanya datang ke rumah Sinar, tapi juga menciptakan sebuah lagu untuk Sinar yang berjudul "Sinar Pahlawanku". Vokalis ST 12, Charly mengaku menciptakan lagu ini agar Sinar dapat lebih terinspirasi dan termotivasi dalam menjalani hidup. Diharapkan lagu tersebut dapat menguatkan Sinar.

Kebiasaan sehari-hari Sinar, yaitu memasak dan mencuci pakaian. Semua dilakukan seorang diri karena para saudaranya sudah tidak tinggal di rumah. Jangan menangis sayang, ini hanyalah cobaan Tuhan. Hadapi semua dengan senyuman, dengan senyuman. ST12 berharap, bait lagu ciptaan untuk Sinar bisa menguatkan anak yang mencintai ibunya itu.

Senin, 08 Agustus 2011

Sejarah Nama Probolinggo

Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk) raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama “Banger”, nama sungai yang mengalir di tengah daerah Banger ini. Banger merupakan pedukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh Pujangga Kerajaan Majapahit yang terkenal, yaitu Prapanca.
Sejalan dengan perkembangan politik kenegaraan/kekuasaan di zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger juga mengalami perubahan-perubahan/perkembangan seirama dengan perkembangan zaman. Semula merupakan pedukuhan kecil di muara kali Banger, kemudian berkembang manjadi Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Akuwu, di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit. Pada saat Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan, dikuasai pula oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramawardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”.
Pada masa Pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah Timur Pasuruan (termasuk Banger) diserahkan kepada VOC pada tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengengkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung. Kabupatennya terletak di Desa Kebonsari Kulon. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen), Patih Pasuruan. Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kompeni (VOC) terkenal dengan politik adu dombanya. Kyai Djojolelono dipengaruhi , diadu untuk menangkap/membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang turut memusuhi kompeni. Panembahan Semeru akhirnya terbunuh oleh Kyai Djojolelono. Setelah menyadari akan kekhilafannya, terpengaruh oleh politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono menyesali tindakannya. Kyai Djojolelono mewarisi darah ayahnya dalam menentang/melawan kompeni. Sebagai tanda sikap permusuhannya tersebut, Kyai Djojolelono kemudian menyingkir, meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger pada tahun 1768, terus mengembara/lelono.
Sebagai pengganti Kyai Djojolelono, kompeni mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro, putra Raden Tumenggung Tjondronegoro, Bupati Surabaya ke 10 sebagai Bupati Banger kedua. Rumah kabupatennya dipindahkan ke Benteng Lama. Kompeni tetap kompeni, bukan kompeni kalau tidak adu domba. Karena politik adu domba kompeni, Kyai Djojolelono yang tetap memusuhi kompeni ditangkap oleh Tumenggung Djojonegoro. Setelah wafat, Kyai Djojolelono dimakamkan di pasarean “Sentono”, yang oleh masyarakat dianggap sebagai makam keramat.
Di bawah pimpinan Tumenggung Djojonegoro, daerah Banger tampak makin makmur, penduduk tambah banyak. Beliau juga mendirikan Masjid Jami’ (± Tahun 1770). Karena sangat disenangi masyarakat, beliau mendapat sebutan “Kanjeng Djimat”. Pada tahun 1770 nama Banger oleh Tumenggung Djojonegoro (Kanjeng Djimat) diubah menjadi “Probolinggo” (Probo : sinar, linggo : tugu, badan, tanda peringatan, tongkat). Probolinggo : sinar yang berbentuk tugu, gada, tongkat (mungkin yang dimaksud adalah meteor/bintang jatuh). Setelah wafat Kanjeng Djimat dimakamkan di pasarean belakang Masjid Jami’.
http://probolinggotoday.blogspot.com/2011/04/ini-nih-sejarah-menarik-kota.html

Selasa, 02 Agustus 2011

Ketika aku menjadi seperti dia …..

Seorang lelaki berdoa: “Oh Tuhan, saya tidak terima. Saya bekerja begitu keras di kantor, sementara istri saya enak-enakan di rumah. Saya ingin memberinya pelajaran, tolonglah ubahlah saya menjadi istri dan ia menjadi suami.”
Tuhan merasa simpati dan mengabulkan doanya. Keesokan paginya, lelaki yang telah berubah wujud menjadi istri tersebut terbangun dan cepat-cepat ke dapur menyiapkan sarapan. Kemudian membangunkan kedua anaknya untuk bersiap-siap ke sekolah.
Kemudian ia mengumpulkan dan memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci. Setelah suami dan anak pertamanya berangkat, ia mengantar anaknya yang kecil ke sekolah taman kanak-kanak. Pulang dari sekolah TK, ia mampir ke pasar untuk belanja. Sesampainya di rumah, setelah menolong anaknya ganti baju, ia menjemur pakaian dan kemudian memasak untuk makan siang.
Selesai memasak, ia mencuci piring-piring bekas makan pagi dan peralatan yang telah dipakai memasak. Begitu anaknya yang pertama pulang, ia makan siang bersama kedua anaknya. Tiba-tiba ia teringat ini hari terakhir membayar listrik dan telepon. Disuruhnya kedua anaknya untuk tidur siang dan cepat-cepat ia pergi ke bank terdekat untuk membayar tagihan tersebut.
Pulang dari bank ia menyetrika baju sambil nonton televisi. Sore harinya ia menyiram tanaman di halaman, kemudian memandikan anak-anak. Setelah itu membantu mereka belajar dan mengerjakan PR. Jam sembilan malam ia sangat kelelahan dan tidur terlelap.
Tentu masih banyak pekerjaan-pekerjaan kecil lainnya yang belum dikerjakan. Dua hari menjalani peran sebagai istri ia tak tahan lagi.
Sekali lagi ia berdoa, “Ya Tuhan, ampuni aku. Ternyata aku salah. Aku tak kuat lagi menjalani peran sebagai istri. Tolong kembalikan aku menjadi suami lagi.”
Tuhan menjawab: “Bisa saja. Tapi kamu harus menunggu sembilan bulan, karena saat ini kamu sedang hamil.”

http://dumalana.com/2011/05/24/ketika-aku-menjadi-seperti-dia/